16 Juli 2009

Blackberry- BlackBerry yang dipasarkan lewat importir paralel sempat dianggap Research in Motion (RIM) sebagai barang ilegal alias black market (BM). Bagi perusahaan asal Kanada ini(blackberry), produk resmi hanya yang dipasarkan melalui mitra operatornya saja.
Namun sayangnya kondisi pasar berbicara lain. Dari sekitar 400 ribu handset BlackBerry yang beredar, 80% di antaranya bukan barang yang dibeli pengguna lewat mitra operator seperti Telkomsel, Indosat, Excelcomindo Pratama (XL), apalagi Natrindo Telepon Seluler (Axis).
Oleh karena itu, pelanggan yang kadung beli lewat importir paralel, dinilai Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) tetap harus dilindungi.
"RIM tetap harus tanggung jawab dengan membolehkan purna jual untuk semua BlackBerry. Karena biar bagaimana pun, handset ini tetap buatan mereka," kata anggota BRTI Heru Sutadi kepada detik-tech usai pertemuannya dengan RIM di Menara Ravindo, Jakarta, Rabu (15/7/2009).
Jason Saunderson, Manager Government Relation RIM Asia Pasific yang datang sebagai perwakilan RIM dalam pertemuan itu, kata Heru, setuju untuk memenuhi permintaan regulator. "Mereka kami minta untuk tetap melayani keluhan permasalahan pelanggan, meski service center belum dibuka."
RIM sendiri berencana merampungkan pembangunan enam pusat layanan purna jual di Indonesia pada 26 Agustus 2009. Namun secara teknis, purna jual tersebut sudah bisa mulai beroperasi pada 21 Agustus, atau lima hari sebelumnya.
Untuk menyelenggarakan purna jual, RIM yang kepada BRTI berjanji akan mengoperasikan langsung secara independen, telah menunjuk PT Teleplan sebagai mitra lokal dalam hal pembangunan fasilitas perbaikan dan after sales services. "Kantornya Teleplan ada di belakang gedung WTC Sudirman," kata Heru.
Selain enam pusat purna jual yang belum diungkap lokasinya, RIM juga berjanji akan menambah dua purna jual lagi pada 15 Oktober 2009. Meski demikian, regulator tetap berpatokan pada komitmen pembangunan yang rampung 21 Agustus jika RIM tak mau seluruh sertifikasi impornya dibekukan lagi.
"Kita tetap tegas, namun juga harus realistis. Untuk bangun warung saja bisa makan waktu sebulan. Namun kalau RIM tetap mangkir, ya terpaksa kita bekukan lagi semua sertifikasinya," pungkas Heru.

0 komentar: